Ceaster Forum
Selamat Datang di Forum Ceaster
Bahas apa aja di sini sesuai forum !
Dapatkan Banyak Info,Ilmu,Berita di Sini !
AYO BURUAN DAFTAR ADA EVENT BERHADIAH BAGI PENDAFTAR !
Daftarnya mudah Tinggal Masukin data !

PROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Login_button1PROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Register_buttonPROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Button-fb-loginPROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Connect-facebook-button


Join the forum, it's quick and easy

Ceaster Forum
Selamat Datang di Forum Ceaster
Bahas apa aja di sini sesuai forum !
Dapatkan Banyak Info,Ilmu,Berita di Sini !
AYO BURUAN DAFTAR ADA EVENT BERHADIAH BAGI PENDAFTAR !
Daftarnya mudah Tinggal Masukin data !

PROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Login_button1PROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Register_buttonPROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Button-fb-loginPROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL Connect-facebook-button
Ceaster Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Ceaster Forum

Forum Pengetahuan Informasi dan Jual Beli Terlengkap di Indonesia


You are not connected. Please login or register

PROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI ORANG YANG TIDAK PERNAH SEKOLAH FORMAL

4 posters

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

avatar

PROFIL AL-MUFASSIR AL-FAQIH ASY-SYAIKH AHMAD BAHAUDDIN NUR SALIM AN-NARUKANI
[You must be registered and logged in to see this image.]
"Sosok Alim yang Sederhana" Oleh: H. Muhammad Kanzul Firdaus
Pernah pada sebuah kesempatan, Prof. Dr. Quraisy Syihab berkata: “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail al-Quran hingga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat al-Quran seperti pak Baha’.” Gus Baha’, demikian beliau akrab dipanggil oleh santri-santrinya, adalah putra seorang ulama ahli al-Quran, KH. Nur Salim al-Hafidz dari desa Narukan Kragan Rembang, sebuah desa di pesisir utara pulau Jawa. KH. Nur Salim adalah murid dari KH. Arwani al-Hafidz, Kudus, dan KH. Abdullah Salam al-Hafidz, Pati. Dari silsilah keluarga ayah beliau inilah, terhitung dari buyut beliau hingga generasi ke empat kini, merupakan ulama-ulama ahli al-Quran yang handal. Silsilah keluarga dari garis ibu beliau merupakan silsilah keluarga besar ulama Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu, yang pesareannya di area Masjid Jami’ Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat kota Rembang. A. Pendidikan Beliau Gus Baha’ kecil mulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan al-Quran di bawah asuhan langsung ayahnya. Hingga pada usia yang masih sangat belia beliau telah mengkhatamkan hafalan al-Quran beserta qira’ahnya dengan lisensi yang ketat dari ayah beliau. Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Kyai Arwani mengetrapkan ketetatan dalam tajwid dan makharijul huruf (GB, Feb. '13). Menginjak usia remaja, Kyai Nur Salim menitipkan Gus Baha’ untuk mondok dan berkhidmat kepada KH. Maimoen Zubair di PP. al-Anwar Sarang Rembang, sekitar 10 Km arah timur Narukan. Di al-Anwar inilah beliau sangat terlihat menonjol dalam fan-fan ilmu syari’at seperti fiqih, hadits, dan tafsir. Hal ini terbukti dari beberapa amanat prestisius keilmiahan yang diemban oleh beliau selama mondok di al-Anwar. Seperti Rais Fathul Mu’in, dan Ketua Ma’arif di jajaran kepengurusan PP. al-Anwar. Saat mondok di al-Anwar ini pula, beliau mengkhatamkan hafalan Shahih Muslim, lengkap dengan matan, rawi dan sanadnya. Selain Shahih Muslim, beliau juga mengkhatamkan hafalan kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab gramatika Arab semisal ‘Imrithi dan Alfiyah Ibnu Malik. Menurut sebuah riwayat, dari sekian banyak hafalan beliau tersebut menjadikan beliau santri pertama al-Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak di era beliau. Bahkan, tiap-tiap musyawarah yang akan beliau ikuti, akan serta merta ditolak oleh kawan-kawannya, sebab beliau dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan. Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga sosok santri yang dekat dengan kyainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau, KH. Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan, mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta’bir dan menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke al-Anwar. Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan KH. Maimoen Zubair. Pernah pada suatu ketika, beliau dipanggil untuk mencarikan ta’bir tentang suatu persoalan oleh KH. Maimoen Zubair. Karena sangking cepatnya ta’bir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga KH. Maimoen Zubair pun terharu dan ngendikan: “Iyo Ha’, koe pancen cerdas tenan” (Iya Gus Baha’, kamu itu memang sangat cerdas). Selain itu, Gus Baha’ juga kerap dijadikan contoh teladan oleh KH. Maimoen Zubair saat memberikan mawa’idz tentang profil santri ideal di berbagai kesempatan. “Santri tenan iku yo koyo Baha’ iku...” (Santri yang asli itu ya seperti Baha’), begitu kurang lebih ngendikan KH. Maimoen Zubair yang riwayatnya sampai kepada penulis. Dalam riwayat pendidikan beliau, semenjak kecil hingga beliau mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, hanya mengenyam pendidikan dari dua pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. al-Anwar Sarang. Pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada beliau untuk mondok di Rushaifah atau Yaman, namun beliau lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya, Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyyah (MGS), PP. al-Anwar, dan pesantrennya sendiri, LP3IA. B. Kepribadian Beliau Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiyahnya di Sarang, beliau menikah dengan seorang Ning pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Ada cerita menarik saat beliau menikah. Diriwayatkan, setelah acara lamaran selesai beliau menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangan beliau hingga kini. Beliau utarakan, bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamour, dan bahkan sangat sederhana. Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berfikir ulang atas rencana pernikahan tersebut, tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewa di kemudian hari. Mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan “klop”, alias sami mawon kalih kulo. Kesederhanaan beliau ini dibuktikan saat beliau berangkat menuju Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Beliau berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular alias bus biasa kelas ekonomi. Berangkat dari Pandangan menuju Surabaya. Selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan. Kesederhanaan beliau bukanlah sebuah kebetulan, namun hal tersebut merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil. Apakah keluarga beliau miskin hingga harus hidup dengan sederhana? Sama sekali tidak! Dari silsilah keluarga beliau dari pihak ibu, atau lebih tepatnya lingkungan keluarga dimana beliau diasuh semenjak kecil, tiada satu keluargapun yang miskin. Bahkan kakek beliau dari jalur ibu merupakan seorang juragan tanah di desanya. Saat dikonfirmasi oleh penulis, mengapa beliau lebih memilih hidup sederhana, beliau nyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga al-Quran yang dipegang erat sejak zaman leluhurnya. Bahkan salah satu wasiat dari ayah beliau, agar beliau menghindari keinginan untuk menjadi “manusia mulia” dari pandangan keumuman makhluk, atau lingkungannya. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan warna kehidupan beliau sehari-hari. Semenjak setelah menikah beliau mencoba hidup mandiri dengan keluarga baru beliau. Beliau tinggal dan menetap di Yogyakarta semenjak 2003. Selama di Yogyakarta, beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecil beliau. Berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Semenjak beliau hijrah ke Yogyakarta, banyak dari santri-santri beliau di Sarang yang merasa kehilangan induknya. Hingga pada akhirnya mereka menyusul beliau ke Yogyakarta, dan urunan untuk menyewa rumah di dekat beliau, tiada tujuan lain selain untuk tetap dapat ngaji kepada beliau. Terhitung ada sekitar 5 atau 7 santri mutakharijin al-Anwar maupun MGS yang ikut beliau ke Yogyakarta saat itu. Saat di Yogyakarta inilah kemudian banyak masyarakat sekitar beliau yang akhirnya minta ikut ngaji kepada beliau. Hingga pada tahun 2005, ayah beliau, KH. Nur Salim jatuh sakit, dan beliau pulang sementara waktu untuk turut merawat beliau bersama ke empat saudaranya yang lain. Namun siapa sangka, semenjak saat itu dan setelah beberapa bulan kemudian Kyai Nur Salim kapundut (wafat). Gus Baha’ tidak dapat lagi meneruskan perjuangannya di Yogyakarta sebab beliau diamanahi oleh ayahnya untuk melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di LP3IA Narukan. Banyak yang merasa kehilangan atas keputusan beliau ini, hingga pada akhirnya para santri beliau pun sowan dan meminta beliau kerso (mau) kembali ke Jogja. Hingga pada gilirannya beliau bersedia, namun hanya 1 bulan sekali dan hal itu berjalan hingga kini. Selain mengasuh pengajian, beliau juga mengabdikan dirinya di Lembaga Tafsir al-Quran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. C. Reputasi Keilmuan Beliau Selain Yogyakarta, beliau juga diminta untuk mengasuh pengajian Tafsir al-Quran di Bojonegoro Jawa Timur. Jika Jogja di Minggu terakhir, maka Bojonegoro di Minggu kedua tiap bulannya. Hal ini beliau jalani secara rutin dari 2006 hingga kini. Di UII, beliau merupakan ketua Tim Lajnah Mushaf UII. Bersama timnya yang terdiri dari para Profesor, Doktor, dan ahli-ahli al-Quran dari seantero Indonesia. Seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib, dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain. Hingga suatu kali beliau ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII, namun beliau tidak berkenan. Dalam jagad Tafsir al-Quran di Indonesia, beliau termasuk pendatang baru, dan sama sekali satu-satunya anggota dari jajaran Dewan Tafsir Nasional yang berlatar belakang pendidikan non formal dan non gelar. Meskipun demikian, kealiman dan penguasaan keilmuan beliau sangat diakui oleh para ahli Tafsir Nasional. Hingga suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Dr. Quraisy Syihab bahwa kedudukan beliau di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai “mufassir” namun juga sebagai “mufassir faqih”, karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Quran. Setiap kali lajnah “menggarap” tafsir dan mushaf al-Quran, posisi beliau selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai faqihul Quran, yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fiqh dalam ayat-ayat ahkam al-Quran.

Sumber :http://santri-abadan.blogspot.com/2013/04/profil-al-mufassir-al-faqih-asy-syaikh.html
Copyright santri-abadan.blogspot.com | Web Menyajikan Info Islami |

priyo m farid

avatar
newbie
newbie

:nih ,,terima kasih ..postingan tentang beliau ,,saya selama ini hanya mendengar pengajian Beliau melalui radio dan pertama kali mendengarnya dari radio Darusalam bojonegoro...mohon di tambah lagi informasi tentang beliau...syukron kathiron..

avatar

hehe iya pak , semoga posting ini menginspirasi kita semua untuk semakin bersemangat dan mengambil hikmahnya sunny 
:fufu

sif

sif
ceasterrer
ceasterrer

Mantep gan postnya thanks infonya  :bunnyhr:

rendy

rendy
ceasterrer
ceasterrer

Tuban punya nih  :herobunny:

Sponsored content



Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik