[You must be registered and logged in to see this image.] |
Reporter : -
Jakarta--Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada pagi hari ini, Kamis (22/8/2013). Sampai pukul 08.36 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di posisi Rp 11.005 per dollar Amerika Serikat (USD).
Posisi rupiah ini melemah 2 persen dari posisi rupiah kemarin di posisi Rp 10.775 per dollar AS. Dalam satu bulan terakhir, rupiah sudah melorot sebesar 7,6 persen.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) kemarin ada di posisi Rp 10.723 per dollar AS atau turun 2 persen dibandingkan sehari sebelumnya.
Sementara itu, Hendar, Deputi Gubernur BI, menyatakan akan terus mengawal pergerakan nilai tukar rupiah agar mencerminkan fundamental.
"Level nilai tukar yang baik tidak overvalue dan undervalue. Memang tidak mudah (menentukan) berapa besarannya," kata Hendar di Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Pemerintah akan segera mengeluarkan paket kebijakan khusus untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi akhir-akhir ini. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, saat ini pemerintah sedang memfinalisasi soal kebijakan yang akan dirilis.
"Nanti hari Jumat (23/8/2013) akan dikeluarkan dalam bentuk paket kebijakan. Kenapa dalam bentuk paket, supaya sifatnya tidak parsial. Kalau parsial itu yang kita hadapi bulanan, dalam situasi ekonomi yang biasa," kata Chatib saat ditemui di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Menanggapi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono siang tadi, Chatib menyampaikan, kebijakan yang akan dikeluarkan ini merupakan respons pidato tersebut. Sebab, Chatib ingat pesan Presiden, perekonomian Indonesia memang sedang berhadapan dengan perekonomian dunia yang tidak bersahabat.
Di sisi lain, Presiden juga mengingatkan, perekonomian Indonesia pada tahun ini juga menghadapi situasi yang berat. Ekonomi Indonesia dihantui rencana kebijakan stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) yang akan dilakukan September ini.
"Tetapi, faktor ini (stimulus fiskal AS) dikombinasikan juga dengan (faktor) domestik, kekhawatiran terhadap ekonomi kita dan kita juga harus melihat ada soal-soal yang harus diselesaikan di ekonomi domestik. Apa itu? Ya soal defisit neraca pembayaran," jelasnya.
Pemerintah menargetkan posisi defisit neraca pembayaran ini akan bisa sedikit membaik menjadi 2,7 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di kuartal III-2013. [air]