[You must be registered and logged in to see this image.]tuban - Perkembangan dunia perdagangan di tanah air cukup berpengaruh pada budaya jual beli masyarakat. Hal ini juga cukup dirasakan menjelang Hari Raya Idul Fitri kali ini.
Untuk berbelanja kebutuhan hari raya, banyak segmentasi masyarakat yang memilih untuk berbelanja di toserba dan swalayan. Sehingga sirkulasi perdagangan di tingkat mikro cukup mengalami penurunan. Pasar – pasar tradisional dan pertokoan tak lagi seramai dulu.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh Abdul Fattah. Salah seorang pedagang di pasar baru Tuban ini biasanya menjual berbagai kebutuhan lebaran menjelang Hari raya Idul Fitri, namun omsetnya saat ini menurun drastis lantaran berdirinya 2 (dua) swalayan di Tuban yang menyedot daya beli masyarakat.
“Menjelang lebaran seperti ini, biasanya saya menjual berbagai kebutuhan hari raya mas, termasuk menjual aneka jajanan. Tapi sekarang sudah tidak lagi karena semakin hari kondisi pasar semakin sepi,” tuturnya saat ditemui wartawan media ini, Jum’at (2/8/2013).
Lebih lanjut Fattah mengatakan, “Tidak hanya saya, hampir semua pedagang merasakan turunnya omset dagang beberapa tahun terakhir ini. Terlebih sejak di Tuban berdiri dua swalayan besar dari Bojonegoro itu,” tandasnya.
Sebagaimana yang disampaikan Fattah, berdasar pantauan menyebutkan bahwa di semua swalayan dan mini market menjual segala kebutuhan hidup dan kebutuhan lebaran. Bahkan banyak yang harganya lebih murah daripada di pasar tradisional.
Pihak swalayan mampu memainkan harga lantaran langsung melakukan pengambilan barang dari pabrik dengan jumlah yang cukup besar, yang tentunya membuat harganya lebih kompetitif.
Salah seorang pengunjung yang ditemui di salah satu swlayan besar di Tuban, Ratih mengatakan, “Saya memilih memilih belanja di swalayan karena lebih nyaman dan lengkap mas, terus pada barang tertentu harganya sama dengan harga grosir. Disamping itu, tidak hanya berbelanja tapi juga bisa sambil refreshing dan jalan – jalan,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan sumber yang didapat media ini, Pemerintah Kabupaten Tuban juga telah melakukan upaya – upaya untuk menstabilkan perputaran perdagangan di tingkat mikro. Sehingga para pedagang kecil semakin tertinggal dan tergerus pertokoan modern, salah satunya dengan membatasi perijinan pendirian swalayan atau mall di Tuban.
Namun, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah sepertinya belum dianggap membuahkan hasil. Sebagian masyarakat masih menilai Pemerintah kurang tanggap dan tidak mampu menjadi pengayom pedagang kecil.
“Upaya pemerintah untuk melindungi sistem perdagangan masyarakat kecil saya rasa masih lemah. Faktanya hingga saat ini, kami masih harus berpikir sendiri dan berupaya sendiri untuk tetap bertahan di tengah ramainya para investor besar yang berbondong – bondong masuk Tuban. Meskipun harus berjuang keras, kami tidak mau masyarakat pribumi tersisihkan oleh para spekulan asing,” ungkap Fattah. (im)
Untuk berbelanja kebutuhan hari raya, banyak segmentasi masyarakat yang memilih untuk berbelanja di toserba dan swalayan. Sehingga sirkulasi perdagangan di tingkat mikro cukup mengalami penurunan. Pasar – pasar tradisional dan pertokoan tak lagi seramai dulu.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh Abdul Fattah. Salah seorang pedagang di pasar baru Tuban ini biasanya menjual berbagai kebutuhan lebaran menjelang Hari raya Idul Fitri, namun omsetnya saat ini menurun drastis lantaran berdirinya 2 (dua) swalayan di Tuban yang menyedot daya beli masyarakat.
“Menjelang lebaran seperti ini, biasanya saya menjual berbagai kebutuhan hari raya mas, termasuk menjual aneka jajanan. Tapi sekarang sudah tidak lagi karena semakin hari kondisi pasar semakin sepi,” tuturnya saat ditemui wartawan media ini, Jum’at (2/8/2013).
Lebih lanjut Fattah mengatakan, “Tidak hanya saya, hampir semua pedagang merasakan turunnya omset dagang beberapa tahun terakhir ini. Terlebih sejak di Tuban berdiri dua swalayan besar dari Bojonegoro itu,” tandasnya.
Sebagaimana yang disampaikan Fattah, berdasar pantauan menyebutkan bahwa di semua swalayan dan mini market menjual segala kebutuhan hidup dan kebutuhan lebaran. Bahkan banyak yang harganya lebih murah daripada di pasar tradisional.
Pihak swalayan mampu memainkan harga lantaran langsung melakukan pengambilan barang dari pabrik dengan jumlah yang cukup besar, yang tentunya membuat harganya lebih kompetitif.
Salah seorang pengunjung yang ditemui di salah satu swlayan besar di Tuban, Ratih mengatakan, “Saya memilih memilih belanja di swalayan karena lebih nyaman dan lengkap mas, terus pada barang tertentu harganya sama dengan harga grosir. Disamping itu, tidak hanya berbelanja tapi juga bisa sambil refreshing dan jalan – jalan,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan sumber yang didapat media ini, Pemerintah Kabupaten Tuban juga telah melakukan upaya – upaya untuk menstabilkan perputaran perdagangan di tingkat mikro. Sehingga para pedagang kecil semakin tertinggal dan tergerus pertokoan modern, salah satunya dengan membatasi perijinan pendirian swalayan atau mall di Tuban.
Namun, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah sepertinya belum dianggap membuahkan hasil. Sebagian masyarakat masih menilai Pemerintah kurang tanggap dan tidak mampu menjadi pengayom pedagang kecil.
“Upaya pemerintah untuk melindungi sistem perdagangan masyarakat kecil saya rasa masih lemah. Faktanya hingga saat ini, kami masih harus berpikir sendiri dan berupaya sendiri untuk tetap bertahan di tengah ramainya para investor besar yang berbondong – bondong masuk Tuban. Meskipun harus berjuang keras, kami tidak mau masyarakat pribumi tersisihkan oleh para spekulan asing,” ungkap Fattah. (im)