[You must be registered and logged in to see this image.]
Tuban – Ragam kuliner juga cukup banyak di Kabupaten Tuban, salah satunya adalah Serabih. Seiring fajar di Bumi Tuban, sepasang pasutri duduk tenang di depan Masjid Agung Tuban menjajakan Serabih khasnya. Sejak petang mereka sudah berada di tempat berjualan. Pengunjung pun silih berganti hingga matahari terbit, Minggu (1/12/2013).
Kepada wartawan media ini, Ahmad (35) dan istrinya mengaku telah berjualan Serabih khas Ronggolawe selama 3 tahun. “Saya berdagang serabih ini sudah 3 tahun mas, dan yang sudah lama berjualan serabih ini sebenarnya ayah saya. Saya ikuti jejak ayah saya,” tuturnya.
Jika Ahmad dan istrinya berjualan Serabih di depan Masjid Agung, di lain pihak Ayah Ahmad juga masih berjualan di salah satu titik Jl. Ronggolawe hingga saat ini. “Ayah saya berjualan Serabih tidak sebentar, 18 tahun.” Ungkap Ahmad.
Pengunjung yang datang di “kedai trotoar” Serabih Ronggolawe Ahmad cukup banyak. Tidak hanya warga Tuban, namun banyak pengunjung luar kota yang sedang berziarah atau sekedar singgah, menyempatkan diri untuk menikmati Serabih Ronggolawe Ahmad.
Salah satunya Anisa. Pengunjung dari Tegal Jawa Tengah ini mengaku tertarik untuk menikmati Serabih Ahmad, ketika usai sholat Subuh di Masjid Agung. “Habis sholat subuh tadi saya lihat ada api menyala di tungku mas. Trus tak perhatikan kok kayak orang jualan, ternyata jualan Serabih. Pengen nyoba sih, ternyata memang Serabihnya pak Ahmad ini nikmat banget,” ungkap Anisa panjang lebar.
Anisa juga mengaku bahwa nikmatnya Serabih tidak hanya dari Serabihnya yang khas. “Tapi suasana pagi di depan masjid Agung ini yang menambah sensasi rasa di hati,” imbuhnya.
Sementara itu, Ahmad mengaku bahwa setiap harinya habis 6 Kg tepung beras untuk bahan pembuatan Serabihnya. Namun untuk hari minggu dan akhir pekan, Ahmad mengaku bisa menghabiskan hingga 17 Kg tepung beras.
“Kalau hari biasa rata – rata habis 6 Kg tepung beras mas. Tapi kalau akhir pekan dan hari minggu, bisa mencapai 17 Kg,” kata Ahmad, sambil membuat serabih di empat tungku yang dihadapannya. (im)
Tuban – Ragam kuliner juga cukup banyak di Kabupaten Tuban, salah satunya adalah Serabih. Seiring fajar di Bumi Tuban, sepasang pasutri duduk tenang di depan Masjid Agung Tuban menjajakan Serabih khasnya. Sejak petang mereka sudah berada di tempat berjualan. Pengunjung pun silih berganti hingga matahari terbit, Minggu (1/12/2013).
Kepada wartawan media ini, Ahmad (35) dan istrinya mengaku telah berjualan Serabih khas Ronggolawe selama 3 tahun. “Saya berdagang serabih ini sudah 3 tahun mas, dan yang sudah lama berjualan serabih ini sebenarnya ayah saya. Saya ikuti jejak ayah saya,” tuturnya.
Jika Ahmad dan istrinya berjualan Serabih di depan Masjid Agung, di lain pihak Ayah Ahmad juga masih berjualan di salah satu titik Jl. Ronggolawe hingga saat ini. “Ayah saya berjualan Serabih tidak sebentar, 18 tahun.” Ungkap Ahmad.
Pengunjung yang datang di “kedai trotoar” Serabih Ronggolawe Ahmad cukup banyak. Tidak hanya warga Tuban, namun banyak pengunjung luar kota yang sedang berziarah atau sekedar singgah, menyempatkan diri untuk menikmati Serabih Ronggolawe Ahmad.
Salah satunya Anisa. Pengunjung dari Tegal Jawa Tengah ini mengaku tertarik untuk menikmati Serabih Ahmad, ketika usai sholat Subuh di Masjid Agung. “Habis sholat subuh tadi saya lihat ada api menyala di tungku mas. Trus tak perhatikan kok kayak orang jualan, ternyata jualan Serabih. Pengen nyoba sih, ternyata memang Serabihnya pak Ahmad ini nikmat banget,” ungkap Anisa panjang lebar.
Anisa juga mengaku bahwa nikmatnya Serabih tidak hanya dari Serabihnya yang khas. “Tapi suasana pagi di depan masjid Agung ini yang menambah sensasi rasa di hati,” imbuhnya.
Sementara itu, Ahmad mengaku bahwa setiap harinya habis 6 Kg tepung beras untuk bahan pembuatan Serabihnya. Namun untuk hari minggu dan akhir pekan, Ahmad mengaku bisa menghabiskan hingga 17 Kg tepung beras.
“Kalau hari biasa rata – rata habis 6 Kg tepung beras mas. Tapi kalau akhir pekan dan hari minggu, bisa mencapai 17 Kg,” kata Ahmad, sambil membuat serabih di empat tungku yang dihadapannya. (im)