[You must be registered and logged in to see this image.]
Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, melanjutkan pengembangan agropolitan di daerah itu. Salah satunya membangun pasar wisata, dan diharapkan menekan angka kemiskinan.
Bupati Bondowoso Amin Said Husni mengatakan, agropolitan dikembangkan di empat kecamatan, yakni Sukosari, Sumberwringin, Sempol, dan Tlogosari. Empat daerah itu masuk dalam kawasan miskin. "Dengan agropolitan diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, dan angka kemiskinan turun lima persen," katanya.
Kemiskinan memang menjadi probem utama di Bondowoso. Dari 725.571 jiwa penduduk Bondowoso, survei keluarga miskin pada 2005 menyebutkan, jumlah penduduk miskin mencapai 246.357 jiwa atau sekitar 34 persen lebih. Demikian pula rumah tangga miskin, menurut data pada tahun 2005 sebanyak 88.291 KK atau 35,09 persen.
Saat melantik Amin Said Husni-Salwa Arifin menjadi bupati dan wakil bupati Bondowoso, Gubernur Soekarwo meminta agar angka kemiskinan dikurangi 1,23 persen. Mayoritas warga Bondowoso bermata pencarian sebagai petani atau bahkan sebagai buruh tani. Pendapatan per kapita mereka hanya Rp 4.075.826.
Agropolitan salah satu ikhtiar untuk melaksanakan amanat Soekarwo. Dalam buku Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri menyebut konsep agropolitan sebagai konsep dan metodologi pembangunan yang terencana dan terintegrasi pada suatu wilayah tertentu, yang berlandaskan sektor pertanian dalam pengertin on-farm dan off-farm dan segala penunjangnya.
Amin meminta agar konsep agropolitan tak digambarkan sekadar pada pembangunan infastruktur fisik belaka. "Ini lebih pada upaya membangun masyarakat petani yang memiliki wawasan metropolis dengan pendekatan agribisnis, sehingga mereka menjadi pelaku usaha sukses," katanya.
Dalam hal ini perubahan pola pikir yang selama ini hanya menjadikan pertanian sebagai penyambung hidup harus diubah. Pertanian adalah bisnis yang menjanjikan bagi masa depan. "Pekerjaan seperti ini jauh lebih berat daripada membangun pasar, gedung, atau terminal," kata Amin.
Salah satu usaha yang sudah berjalan dan terus menunjukkan kemajuan adalah pengembangan klaster bisnis kopi arabika bersama Bank Indonesia. Tahun 2014 ini, Pemkab Bondowoso akan merambah pengembangan pasar wisata di Sumberwringin. Ini pasar agribisnis, menjual komoditas pertanian dan perkebunan, namun dengan pendekatan turisme.
Pasar ini ditempatkan di kawasan jalur wisata menuju Kawah Ijen. Dengan demikian ia bisa menjadi tempat persinggahan para wisatawan.
Pemkab Bondowoso mendapat suntikan dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara. "Kami hanya perlu menyediakan lahan," kata Amin. Pemerintah daerah saat ini tengah mengupayakan lahan seluas 2-3 hektare.
Langkah Bondowoso ini selaras dengan program pengembangan kawasan agropolitan Jawa Timur. "Dalam rencana pembangunan jangka menengah 2014-2019 dan rencana pembangunan jangka panjang hingga tahun 2025, kami memang mengarahkan pengembangan agroturisme: memadukan agribisnis, agrikultur, dan agropolitan dengan turisme," kata Amin. [wir]
Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, melanjutkan pengembangan agropolitan di daerah itu. Salah satunya membangun pasar wisata, dan diharapkan menekan angka kemiskinan.
Bupati Bondowoso Amin Said Husni mengatakan, agropolitan dikembangkan di empat kecamatan, yakni Sukosari, Sumberwringin, Sempol, dan Tlogosari. Empat daerah itu masuk dalam kawasan miskin. "Dengan agropolitan diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, dan angka kemiskinan turun lima persen," katanya.
Kemiskinan memang menjadi probem utama di Bondowoso. Dari 725.571 jiwa penduduk Bondowoso, survei keluarga miskin pada 2005 menyebutkan, jumlah penduduk miskin mencapai 246.357 jiwa atau sekitar 34 persen lebih. Demikian pula rumah tangga miskin, menurut data pada tahun 2005 sebanyak 88.291 KK atau 35,09 persen.
Saat melantik Amin Said Husni-Salwa Arifin menjadi bupati dan wakil bupati Bondowoso, Gubernur Soekarwo meminta agar angka kemiskinan dikurangi 1,23 persen. Mayoritas warga Bondowoso bermata pencarian sebagai petani atau bahkan sebagai buruh tani. Pendapatan per kapita mereka hanya Rp 4.075.826.
Agropolitan salah satu ikhtiar untuk melaksanakan amanat Soekarwo. Dalam buku Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri menyebut konsep agropolitan sebagai konsep dan metodologi pembangunan yang terencana dan terintegrasi pada suatu wilayah tertentu, yang berlandaskan sektor pertanian dalam pengertin on-farm dan off-farm dan segala penunjangnya.
Amin meminta agar konsep agropolitan tak digambarkan sekadar pada pembangunan infastruktur fisik belaka. "Ini lebih pada upaya membangun masyarakat petani yang memiliki wawasan metropolis dengan pendekatan agribisnis, sehingga mereka menjadi pelaku usaha sukses," katanya.
Dalam hal ini perubahan pola pikir yang selama ini hanya menjadikan pertanian sebagai penyambung hidup harus diubah. Pertanian adalah bisnis yang menjanjikan bagi masa depan. "Pekerjaan seperti ini jauh lebih berat daripada membangun pasar, gedung, atau terminal," kata Amin.
Salah satu usaha yang sudah berjalan dan terus menunjukkan kemajuan adalah pengembangan klaster bisnis kopi arabika bersama Bank Indonesia. Tahun 2014 ini, Pemkab Bondowoso akan merambah pengembangan pasar wisata di Sumberwringin. Ini pasar agribisnis, menjual komoditas pertanian dan perkebunan, namun dengan pendekatan turisme.
Pasar ini ditempatkan di kawasan jalur wisata menuju Kawah Ijen. Dengan demikian ia bisa menjadi tempat persinggahan para wisatawan.
Pemkab Bondowoso mendapat suntikan dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara. "Kami hanya perlu menyediakan lahan," kata Amin. Pemerintah daerah saat ini tengah mengupayakan lahan seluas 2-3 hektare.
Langkah Bondowoso ini selaras dengan program pengembangan kawasan agropolitan Jawa Timur. "Dalam rencana pembangunan jangka menengah 2014-2019 dan rencana pembangunan jangka panjang hingga tahun 2025, kami memang mengarahkan pengembangan agroturisme: memadukan agribisnis, agrikultur, dan agropolitan dengan turisme," kata Amin. [wir]