[You must be registered and logged in to see this image.]
Berita Bojonegoro - Limbah cair sisa dari pengolahan tahu (cukak,red) oleh Warga Desa Ledok Kulon, Kecamatan Kota Bojonegoro dimanfaatkan untuk pengolahan bio gas.
Alhasil, dari pengolahan tahu yang mereka kelola bisa meraup untuk lebih banyak karena tidak perlu membeli bahan bakar.
Arifin (42), salah seorang pengrajin tahu dan tempe yang ada di Desa Ledok Kulon, Kecamatan Kota Bojonegoro mengatakan, sebelum ia menggunakan bahan bakar bio gas setiap hari harus menyediakan uang untuk pembelian bahan bakar sebesar Rp 35 ribu, sementara setelah pakai bio gas ia tak perlu lagi menyediakan bahan bakar.
Apalagi saat ini harga LPG melambung tinggi. Biasanya ia setiap hari memasak pakai LPG dan kayu bakar. "Semenjak pakai bio gas limbah tahu ini tidak lagi menyediakan bahan bakar. Sehingga keuntungannya lebih banyak," ujarnya, Selasa (07/01/2014).
Ketua paguyuban pengrajin tahu dan tempe itu menjelaskan, pemanfaatan limbah tahu dan tempe itu prosesnya sederhana. Hanya membutuhkan tandon untuk limbah cair atau yang biasa disebut cukak. Kemudian dialirkan ditungku dapur menggunakan kompor gas LPG menggunakan selang pipa.
Sedikitnya, lanjut Arifin, di Kelurahan Ledok Kulon sendiri sudah ada sekitar 10 orang yang saat ini memakai limbah cair pengolahan tahu dan tempe. Sementara sebaian besar warga setempat berprofesi sebagai pengrajin makanan yang terbuat dari bahan kedelai itu.
"Awalnya saya dapat ide ini dari Boyolali, Jawa Tengah. Kemudian saya mengusulkan ke Pemkab untuk memberikan bantuan membuat bio gas tersebut," jelasnya.
Limbah cair pengolahan tahu itu sebelum diolah menjadi bio gas menjadi limbah yang mengganggu lingkungan, karena baunya yang menyengat. Setelah diproses menjadi bio gas bau tersebut kini sudah tidak ada lagi. "Sebelum saya manfaatkan untuk bio gas banyak diperotes warga sekitar karena baunya menyengat," jelasnya.
Selain dimanfaatkan untuk bio gas, limbah cair pencucian kedelai yang membahayakan lingkungan itu juga digunakan untuk makanan ikan, dan makanan ternak. "Jadi semua limbah pengolahan tahu dan tempe ini tidak ada yang terbuang sia-sia," pungkasnya. [uuk/ted]
Sumber
Berita Bojonegoro - Limbah cair sisa dari pengolahan tahu (cukak,red) oleh Warga Desa Ledok Kulon, Kecamatan Kota Bojonegoro dimanfaatkan untuk pengolahan bio gas.
Alhasil, dari pengolahan tahu yang mereka kelola bisa meraup untuk lebih banyak karena tidak perlu membeli bahan bakar.
Arifin (42), salah seorang pengrajin tahu dan tempe yang ada di Desa Ledok Kulon, Kecamatan Kota Bojonegoro mengatakan, sebelum ia menggunakan bahan bakar bio gas setiap hari harus menyediakan uang untuk pembelian bahan bakar sebesar Rp 35 ribu, sementara setelah pakai bio gas ia tak perlu lagi menyediakan bahan bakar.
Apalagi saat ini harga LPG melambung tinggi. Biasanya ia setiap hari memasak pakai LPG dan kayu bakar. "Semenjak pakai bio gas limbah tahu ini tidak lagi menyediakan bahan bakar. Sehingga keuntungannya lebih banyak," ujarnya, Selasa (07/01/2014).
Ketua paguyuban pengrajin tahu dan tempe itu menjelaskan, pemanfaatan limbah tahu dan tempe itu prosesnya sederhana. Hanya membutuhkan tandon untuk limbah cair atau yang biasa disebut cukak. Kemudian dialirkan ditungku dapur menggunakan kompor gas LPG menggunakan selang pipa.
Sedikitnya, lanjut Arifin, di Kelurahan Ledok Kulon sendiri sudah ada sekitar 10 orang yang saat ini memakai limbah cair pengolahan tahu dan tempe. Sementara sebaian besar warga setempat berprofesi sebagai pengrajin makanan yang terbuat dari bahan kedelai itu.
"Awalnya saya dapat ide ini dari Boyolali, Jawa Tengah. Kemudian saya mengusulkan ke Pemkab untuk memberikan bantuan membuat bio gas tersebut," jelasnya.
Limbah cair pengolahan tahu itu sebelum diolah menjadi bio gas menjadi limbah yang mengganggu lingkungan, karena baunya yang menyengat. Setelah diproses menjadi bio gas bau tersebut kini sudah tidak ada lagi. "Sebelum saya manfaatkan untuk bio gas banyak diperotes warga sekitar karena baunya menyengat," jelasnya.
Selain dimanfaatkan untuk bio gas, limbah cair pencucian kedelai yang membahayakan lingkungan itu juga digunakan untuk makanan ikan, dan makanan ternak. "Jadi semua limbah pengolahan tahu dan tempe ini tidak ada yang terbuang sia-sia," pungkasnya. [uuk/ted]
Sumber