Air Sungai Bengawan Solo Surut, Tambangan Jadi Jembatan Bambu
Jum'at, 23 Agustus 2013 15:05:32 WIB
Reporter : Tulus Adarrma
Bojonegoro - Air Sungai Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Bojonegoro surut. Alat transportasi penyeberangan tambangan yang biasanya menggunakan perahu, akhirnya disulap menjadi jembatan panjang yang melintang diatas air yang sudah surut. Tambangan yang disulap menjadi jembatan bambu itu yakni di Ledok Kulon, Kecamtan Kota Bojonegoro.
Salah seorang operator tambang perahu, Agus Priyanto (48), Warga Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro mengungkapkan, dialihfungsikannya tambangan perahu menjadi jembatan bambu ini karena air sungai Bengawan Solo surut. Sehingga perahu yang biasanya beroperasi kandas. "Sudah sejak dua hari ini dibangun jembatan bambu karena airnya surut," ujarnya ditemui beritajatim.com, Jumat (23/08/2013).
Tambangan itu sendiri menghubungkan antara Kecamatan Kota Bojonegoro dengan Kecamatan Trucuk. Meskipun bukan jalan satu-satu yang menghubungkan kedua kecamatan itu, namun tambangan itu menjadi pilihan warga dan selalu ramai penyeberang. Pembangunan jembatan itu dilakukan mulai pukul 10.00WIB pagi sampai 15.00WIB kemarin. Dalam operasinya, tambangan Ledok dioperatori 12 orang. "Tujuh orang dari ledok dan lima orang dari Trucuk. Bergantian selama 24 jam," jelasnya.
Dengan dirubahnya tambangan perahu menjadi jembatan bambu, Agus mengungkapkan jika omset perhari yang didapat meningkat. Biasanya jika menggunakan tambang perahu bisa mendapatkan sekitar Rp1 juta meningkat 50 persen jika menggunakan jembatan. "Kalau pakai perahu kepotong bahan bakar sekitar 15 liter per24 jam, sedangkan kalau jembatan tidak," terangnya.
Setiap kali menyeberang, lanjut Agus, warga hanya membayar Rp1.500 dan jika membawa sepeda motor hanya membayar Rp500 untuk menyeberang panjang Sungai Bengawan Solo yang mempunyai panjang sekitar 153 meter. Sementara, salah seorang siswi yang menggunakan jasa penyeberangan Sungai Bengawan Solo mengungkapkan, lebih suka menggunakan perahu karena bisa sambil bersantai.
"Kalau pakai jembatan ini sudah capek, ditambah lagi mengayuh sepeda. Jadi gak bisa santai," ujar Naning Siswi SMA Negeri 3 Bojonegoro itu.
Terpisah, Kepala Bidang Perhubungan Darat Dinas Perhubungan Kabupaten Bojonegoro, Moch Chosim menjelaskan, sepanjang 101 kilometer aliran Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro mulai dari Kecamatan Margomulyo hingga Kecamatan Boureno ada sekitar 76 titik tambangan yang memiliki ijin.
Para penambang ini juga dilengkapi dengan SIM sendiri untuk mengoperatori perahu. Chosim mengungkapkan, hal itu sesuai Peraturan Bupati (Perbup) nomor 44 tahun 2011 tentang Standart Keamanan, Keselamatan Angkutan Sungai di Kabupaten Bojonegoro. [uuk/kun]
[You must be registered and logged in to see this image.] |
Reporter : Tulus Adarrma
Bojonegoro - Air Sungai Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Bojonegoro surut. Alat transportasi penyeberangan tambangan yang biasanya menggunakan perahu, akhirnya disulap menjadi jembatan panjang yang melintang diatas air yang sudah surut. Tambangan yang disulap menjadi jembatan bambu itu yakni di Ledok Kulon, Kecamtan Kota Bojonegoro.
Salah seorang operator tambang perahu, Agus Priyanto (48), Warga Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro mengungkapkan, dialihfungsikannya tambangan perahu menjadi jembatan bambu ini karena air sungai Bengawan Solo surut. Sehingga perahu yang biasanya beroperasi kandas. "Sudah sejak dua hari ini dibangun jembatan bambu karena airnya surut," ujarnya ditemui beritajatim.com, Jumat (23/08/2013).
Tambangan itu sendiri menghubungkan antara Kecamatan Kota Bojonegoro dengan Kecamatan Trucuk. Meskipun bukan jalan satu-satu yang menghubungkan kedua kecamatan itu, namun tambangan itu menjadi pilihan warga dan selalu ramai penyeberang. Pembangunan jembatan itu dilakukan mulai pukul 10.00WIB pagi sampai 15.00WIB kemarin. Dalam operasinya, tambangan Ledok dioperatori 12 orang. "Tujuh orang dari ledok dan lima orang dari Trucuk. Bergantian selama 24 jam," jelasnya.
Dengan dirubahnya tambangan perahu menjadi jembatan bambu, Agus mengungkapkan jika omset perhari yang didapat meningkat. Biasanya jika menggunakan tambang perahu bisa mendapatkan sekitar Rp1 juta meningkat 50 persen jika menggunakan jembatan. "Kalau pakai perahu kepotong bahan bakar sekitar 15 liter per24 jam, sedangkan kalau jembatan tidak," terangnya.
Setiap kali menyeberang, lanjut Agus, warga hanya membayar Rp1.500 dan jika membawa sepeda motor hanya membayar Rp500 untuk menyeberang panjang Sungai Bengawan Solo yang mempunyai panjang sekitar 153 meter. Sementara, salah seorang siswi yang menggunakan jasa penyeberangan Sungai Bengawan Solo mengungkapkan, lebih suka menggunakan perahu karena bisa sambil bersantai.
"Kalau pakai jembatan ini sudah capek, ditambah lagi mengayuh sepeda. Jadi gak bisa santai," ujar Naning Siswi SMA Negeri 3 Bojonegoro itu.
Terpisah, Kepala Bidang Perhubungan Darat Dinas Perhubungan Kabupaten Bojonegoro, Moch Chosim menjelaskan, sepanjang 101 kilometer aliran Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro mulai dari Kecamatan Margomulyo hingga Kecamatan Boureno ada sekitar 76 titik tambangan yang memiliki ijin.
Para penambang ini juga dilengkapi dengan SIM sendiri untuk mengoperatori perahu. Chosim mengungkapkan, hal itu sesuai Peraturan Bupati (Perbup) nomor 44 tahun 2011 tentang Standart Keamanan, Keselamatan Angkutan Sungai di Kabupaten Bojonegoro. [uuk/kun]