[You must be registered and logged in to see this image.]
Berita Bojonegoro - Jembatan penghubung Desa Nguken dan Desa Dengok Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro, ambrol gara-gara diterjang luapan air sungai Bengawan Solo yang meluap pada awal Desember 2013 lalu.
Jembatan yang berada disebelah timur Sungai Bengawan Solo itu jaraknya sangat dekat. Apalagi daerah tersebut merupakan daerah rawan terkena banjir luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa itu. Ambrolnya jembatan itu menyusul setelah banjir yang menggenangi wilayah setempat surut.
Jembatan yang ambrol menyebabkan arus lalu lintas terganggu, badan jalan yang bisa digunakan hanya separo. Warga yang melintasi jembatan selebar kurang lebih lima meter itu harus ekstra hati-hati, khususnya saat melintas dimalam hari.
Bahkan, kondisi pinggir jembatan tidak ada papan peringatan yang bisa membahayakan pengguna jalan. "Saya belum melaporkan ambrolnya jembatan ke Pemkab, karena itu harus masuk ke RPJMDes," kata Kepala Desa Nguken Kusnadi, Kamis (09/01/2014).
Dia menyatakan, panjang jembatan yang ambrol lumayan besar. Apabila tidak segera tertangani bisa memakan badan jembatan karena tergerus aliran air dari anak sungai Bengawan Solo.
Sementara itu, Parwito (45), mengatakan, warga harus melewati jembatan satu persatu, kalau tidak bisa jatuh terperosok. Kondisi itu diperparah dengan kurangnya penerangan jalan. "Kalau pengendara yang tidak tahu bisa celaka. Makanya kami minta pemerintah kabupaten memperhatikan keselamatan kami," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Andy Tjandra belum memberikan keterangannya mengenai ambrolnya jembatan tersebut. Saat dikonfirmasi wartawan melalui telefon selularnya terdengar nada sambung namun tidak ada jawaban. [uuk/but]
Berita Bojonegoro - Jembatan penghubung Desa Nguken dan Desa Dengok Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro, ambrol gara-gara diterjang luapan air sungai Bengawan Solo yang meluap pada awal Desember 2013 lalu.
Jembatan yang berada disebelah timur Sungai Bengawan Solo itu jaraknya sangat dekat. Apalagi daerah tersebut merupakan daerah rawan terkena banjir luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa itu. Ambrolnya jembatan itu menyusul setelah banjir yang menggenangi wilayah setempat surut.
Jembatan yang ambrol menyebabkan arus lalu lintas terganggu, badan jalan yang bisa digunakan hanya separo. Warga yang melintasi jembatan selebar kurang lebih lima meter itu harus ekstra hati-hati, khususnya saat melintas dimalam hari.
Bahkan, kondisi pinggir jembatan tidak ada papan peringatan yang bisa membahayakan pengguna jalan. "Saya belum melaporkan ambrolnya jembatan ke Pemkab, karena itu harus masuk ke RPJMDes," kata Kepala Desa Nguken Kusnadi, Kamis (09/01/2014).
Dia menyatakan, panjang jembatan yang ambrol lumayan besar. Apabila tidak segera tertangani bisa memakan badan jembatan karena tergerus aliran air dari anak sungai Bengawan Solo.
Sementara itu, Parwito (45), mengatakan, warga harus melewati jembatan satu persatu, kalau tidak bisa jatuh terperosok. Kondisi itu diperparah dengan kurangnya penerangan jalan. "Kalau pengendara yang tidak tahu bisa celaka. Makanya kami minta pemerintah kabupaten memperhatikan keselamatan kami," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Andy Tjandra belum memberikan keterangannya mengenai ambrolnya jembatan tersebut. Saat dikonfirmasi wartawan melalui telefon selularnya terdengar nada sambung namun tidak ada jawaban. [uuk/but]