[You must be registered and logged in to see this image.]
Tuban-Ratusan warga memadati Klenteng Tjoe Ling Kiong, Jalan Panglima Sudirman, Kota Tuban. Mereka datang beramai-ramai untuk mengikuti upacara pembagian bunceng yang digelar oleh jemaah klenteng sebagai wujud rasa sukur sekaligus menghormati dan mendoakan arwah leluhur mereka yang sudah meninggal.
Ada 400 paket bunceng, yakni bahan makanan yang telah didoakan untuk arwah leluhur yang akan dibagika kepada warga yang datang, tidak jarang banyaknya warga yang dating menjadikan bunceng itu bahan rebutan.
Salah satu warga yang ikutan rebutan adalah Suprapto (47). Dia bersama ratusan warga lainnya sudah bergerombol di ruang kosong klenteng, tempat diletakkannya buceng atau sedekah persembahan dari para umat yang mengikuti sembahyangan mendoakan leluhur siang tadi, Rabu (21/.
Pria yang tinggal tak jauh dari lokasi klenteng ini mengamati satu persatu buceng yang berjejer di meja, sepertinya hendak menandai bunceng yang akan dibawanya nanti saat rebutan.” Setiap tahun selalu ada acara seperti ini mas, kalau orang jawa mungkin brekat, tapi ini bunceng, isinya bahan makanan,” kata Suprapto kepadakotatuban.com usai rebutan bunceng di klenteng.
Sementara itu, Gunawan Putrawirawan, panitia acara mengatakan, pembagian sedekah bumi dengan jalan seperti ini adalah tradisi klenteng sejak berdiri 2,5 abad silam. Awalnya, sembako diberikan secara terbatas untuk umat Khonghucu, Budha Mahayana, dan Tao, namun kini tak terbatas dari latar belakang agama tertentu.
Ia mengatakan prosesi ini diawali dengan sembahyang atau King Hoo Ping yang biasanya digelar pada tanggal 15 bulan 7 tahun Imlek 2564 setiap tahun. Dengan maksud memberi kehormatan pada arwah leluhur yang telah meninggal.
“Prosesi sembahyang ini ditujukan pada arwah leluhur, serta Mak Co Thian Sang Seng Bo,” kata Gunawan.
Gunawan menuturkan dalam kepercayaanya saat ini adalah waktu arwah leluhur turun ke dunia sehingga menjadi waktu yang tepat untuk umat Khonghucu mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal. Karena itu, umat Konghucu membagikan sembako ke warga sebagai syukuran umat. (kim)
Bersembahyang sebelum melakukan persembahan
Tuban-Ratusan warga memadati Klenteng Tjoe Ling Kiong, Jalan Panglima Sudirman, Kota Tuban. Mereka datang beramai-ramai untuk mengikuti upacara pembagian bunceng yang digelar oleh jemaah klenteng sebagai wujud rasa sukur sekaligus menghormati dan mendoakan arwah leluhur mereka yang sudah meninggal.
Ada 400 paket bunceng, yakni bahan makanan yang telah didoakan untuk arwah leluhur yang akan dibagika kepada warga yang datang, tidak jarang banyaknya warga yang dating menjadikan bunceng itu bahan rebutan.
Salah satu warga yang ikutan rebutan adalah Suprapto (47). Dia bersama ratusan warga lainnya sudah bergerombol di ruang kosong klenteng, tempat diletakkannya buceng atau sedekah persembahan dari para umat yang mengikuti sembahyangan mendoakan leluhur siang tadi, Rabu (21/.
Pria yang tinggal tak jauh dari lokasi klenteng ini mengamati satu persatu buceng yang berjejer di meja, sepertinya hendak menandai bunceng yang akan dibawanya nanti saat rebutan.” Setiap tahun selalu ada acara seperti ini mas, kalau orang jawa mungkin brekat, tapi ini bunceng, isinya bahan makanan,” kata Suprapto kepadakotatuban.com usai rebutan bunceng di klenteng.
Sementara itu, Gunawan Putrawirawan, panitia acara mengatakan, pembagian sedekah bumi dengan jalan seperti ini adalah tradisi klenteng sejak berdiri 2,5 abad silam. Awalnya, sembako diberikan secara terbatas untuk umat Khonghucu, Budha Mahayana, dan Tao, namun kini tak terbatas dari latar belakang agama tertentu.
Ia mengatakan prosesi ini diawali dengan sembahyang atau King Hoo Ping yang biasanya digelar pada tanggal 15 bulan 7 tahun Imlek 2564 setiap tahun. Dengan maksud memberi kehormatan pada arwah leluhur yang telah meninggal.
“Prosesi sembahyang ini ditujukan pada arwah leluhur, serta Mak Co Thian Sang Seng Bo,” kata Gunawan.
Gunawan menuturkan dalam kepercayaanya saat ini adalah waktu arwah leluhur turun ke dunia sehingga menjadi waktu yang tepat untuk umat Khonghucu mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal. Karena itu, umat Konghucu membagikan sembako ke warga sebagai syukuran umat. (kim)