[You must be registered and logged in to see this image.] |
Rabu, 11 September 2013 21:57:09 WIB
Reporter : Tulus Adarrma
Bojonegoro - Dua buah sumur kuno yang diduga merupakan sumur zaman Majapahit akhir ditemukan disekitar situs Wotanngare, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Disekitar sumur yang berdiameter 1 meter itu dikelilingi oleh batu bata merah.
Ketua Museum 13 Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Hary Nugroho mengungkapkan, penemuan sumur yang diduga milik warga zaman majapahit itu setelah lokasi yang berada disebelah situs Wotanngare itu digali untuk pembangunan embung.
Beberapa batu merah yang ditemukan kini dipindahkan ketempat yang lebih aman untuk proses identifikasi. Batu bata merah yang digunakan untuk dinding sumur berbentuk agak melingkar dengan ukuran 20-15 X 17 X 7 cm.
"Data fisik ciri-cirinya (batu bata,red) masuk masa Majapahit akhir, karena lebih halus dan hias," jelas pria yang juga mengajar di SDN Panjunan itu, Rabu (11/09/2013).
Lebih lanjut ia menjelaskan, sumur kuno yang diperkirakan bagian dari pemukiman lama, peninggalan Zaman Majapahit di area Situs Wotanngare Kalitidu Bojonegoro itu dengan titik koordinat S. 06*56'394" E. 111*46'044". Zaman Majapahit akhir sendiri yakni sekitar 1478 Masehi.
"Lokasi situs berada LK100 meter di sebelah barat dari situs pemukiman yang pernah digali 1 tahun lalu bersama Tim Balai Arkeologi Jogjakarta," jelasnya.
Selain bentuk batu batanya yang lebih halus, beberapa juga ditemukan tembikar huruf arab. Zaman Majapahit akhir sendiri sudah mendapat intervensi islam. "Disekitar juga ditemukan bekas tembikar dan keramik jaman Dinasti Ming," lanjutnya.
Hary menambahkan, jenis batu merah yang ditemukan itu hampir sama dengan penemuan sebelumnya di Desa Jelu, Kecamatan Gayam, Bojonegoro. Bata yang ada di Desa Jelu itu diduga merupakan bekas bangunan candi pintu gapura. "Sama dengan di desa jelu, ada tembikar dan huruf islam. Jadi islam sudah masuk," tambahnya.
Sekadar diketahui, sebelumnya disekitar situs Wotanngare ditemukan benda-benda peninggalan arkeologi dalam ekskavasi atau penggalian terhadap situs Wotanngare. Salah satunya peninggalan Artefak, fragmen grabah, pecahan kramik asing, bata dan mata uang yang ditemukan dengan kedalaman sekitar 60-80 cm dari permukaan tanah.
Sehingga jika dikaitkan dengan dugaan sebelumnya merupakan petilasan Angling Dharma sangat jauh masanya, sebab Angling Dharma sendiri masuk dalam masa Kediri yaitu sekitar abad 10-11 Masehi. Sedangkan pada Masa Majapahit sekitar 13 Masehi. "Angling Dharma hanya mitos, karena cerita Angling Dharma sendiri belum jelas asal muasalnya," tandasnya.
Dalam ekskavasi itu ada empat petak yang digali dengan menggunakan survei arkeologi dipermukaan tanah horisontal dan vertikal, indikasi masih banyak peninggalan situs di daerah sekitar. Hasil temuan benda-benda peninggalan arkeologi itu belum mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro.
Sejumlah bata yang diamankan juga banyak yang hilang karena ulah manusia yang kurang bertanggung jawab.[uuk/kun]