[You must be registered and logged in to see this image.]
Tuban - Sekitar sepupuh hektar lahan jagung di Desa Tuwiri Kulon, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban yang baru berumur antara 20 hari hingga satu bulan rusak diterjang banjir bandang. anaman jagung yang baru setinggi 30 centimeter itu roboh dan nyaris tidak dapat diselamatkan karena tertutup material tanah dan kerikil yang hanyut bersama air banjir.
Untuk meminimalisir kerugian, pemilik lahan menegakan kembali jagung yang roboh dengan cara diberikan urukan tanah di sekitar batang jagung.” Yang bisa di selamatkan ya di selamatkan mas. Kalau yang sudah tertutup tanah seperti ini dicabut dan ditanami lagi,” ujar Murji (48) warga Dusun Paluan, Desa Tuwiri Wetan.
Menurut Murji, jagung yang diterjang banjir itu lebih baik jika ditanami kembali, namun, itu tidak dia lakukan dengan alasan bibit jagung cukup mahal. Untuk menanam di lahan seluas satu hektar miliknya saja, dia membutuhkan bibit jagung 20 kilo gram, dengan biaya sekitar Rp1.200.000.” Sebagian saja yang ditanam ulang mas, kalau semua sudah tidak ada biaya,” terang Murji.
Sejak pengolahan lahan hingga jagung berusia 20 hari saja, Murji mengaku sudah menghabiskan biaya sekitar Rp5.000.000, jumlah tersebut tergolong mahal bagi petani. Apalagi jika musibah yang dia alami sekarang menghancurkan seluruh lahan jagungnya,” Itunganya ya sudah rugi, soalnya kemarin bau saja dipupuk, terus ada banjir ini,” sambungnya sambil terus mencangkul.
Petani tiga orang anak ini menceritakan, kejadian ini adalah pertama kali dalam kurun waktu 10 tahun terahir. Menurut dia gundulnya kawasan hutan yang ada di selatan ladang adalah penyebab utama air dengan mudah menggelincir dan menerjang lahan jagung miliknya serta sejumlah petani lain yang lokasinya berada di aliran air hujan.
Petani berharap, pemerintah setempat melalui dinas terkait memberikan bantuan, setidaknya untuk membuatkan tanggul di selatan ladang. Dengan begitu saat terjadi hujan lebat lahan mereka tidak menjadi sasaraan.
“Harapan saya, dan petani lain yang kena banjir ini, pemerintah memberikan bantuan, paling tidak membuatkan tanggul dideakat pegunungan kapur agar air hujan tiadak meluncur di lahan pertanian,“ harap Murji. (kim)
Tuban - Sekitar sepupuh hektar lahan jagung di Desa Tuwiri Kulon, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban yang baru berumur antara 20 hari hingga satu bulan rusak diterjang banjir bandang. anaman jagung yang baru setinggi 30 centimeter itu roboh dan nyaris tidak dapat diselamatkan karena tertutup material tanah dan kerikil yang hanyut bersama air banjir.
Untuk meminimalisir kerugian, pemilik lahan menegakan kembali jagung yang roboh dengan cara diberikan urukan tanah di sekitar batang jagung.” Yang bisa di selamatkan ya di selamatkan mas. Kalau yang sudah tertutup tanah seperti ini dicabut dan ditanami lagi,” ujar Murji (48) warga Dusun Paluan, Desa Tuwiri Wetan.
Menurut Murji, jagung yang diterjang banjir itu lebih baik jika ditanami kembali, namun, itu tidak dia lakukan dengan alasan bibit jagung cukup mahal. Untuk menanam di lahan seluas satu hektar miliknya saja, dia membutuhkan bibit jagung 20 kilo gram, dengan biaya sekitar Rp1.200.000.” Sebagian saja yang ditanam ulang mas, kalau semua sudah tidak ada biaya,” terang Murji.
Sejak pengolahan lahan hingga jagung berusia 20 hari saja, Murji mengaku sudah menghabiskan biaya sekitar Rp5.000.000, jumlah tersebut tergolong mahal bagi petani. Apalagi jika musibah yang dia alami sekarang menghancurkan seluruh lahan jagungnya,” Itunganya ya sudah rugi, soalnya kemarin bau saja dipupuk, terus ada banjir ini,” sambungnya sambil terus mencangkul.
Petani tiga orang anak ini menceritakan, kejadian ini adalah pertama kali dalam kurun waktu 10 tahun terahir. Menurut dia gundulnya kawasan hutan yang ada di selatan ladang adalah penyebab utama air dengan mudah menggelincir dan menerjang lahan jagung miliknya serta sejumlah petani lain yang lokasinya berada di aliran air hujan.
Petani berharap, pemerintah setempat melalui dinas terkait memberikan bantuan, setidaknya untuk membuatkan tanggul di selatan ladang. Dengan begitu saat terjadi hujan lebat lahan mereka tidak menjadi sasaraan.
“Harapan saya, dan petani lain yang kena banjir ini, pemerintah memberikan bantuan, paling tidak membuatkan tanggul dideakat pegunungan kapur agar air hujan tiadak meluncur di lahan pertanian,“ harap Murji. (kim)