Korban Longsor Bengawan Solo Buat Tenda Darurat Bojonegoro Jawa Timur
Senin, 08 Juli 2013 18:34:11 WIB
Reporter : Tulus Adarrma
Bojonegoro - Sedikitnya lima rumah yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo, Kelurahan Jetak, Kecamatan Kota, Kabupaten Bojonegoro tergerus longsor. Longsor terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, Senin (08/07/2013).
Korban terpaksa membuat tenda darurat. Rumah mereka sudah tergerus longoran Sungai terpanjang di Pulau Jawa itu hingga separo. Bahkan satu korban terpaksa rumahnya sudah dibongkar dan tiga rumah lainnya sudah rusak parah.
Mereka memilih tetap bertahan ditempat tinggal masing-masing karena tidak ada lagi tempat untuk tinggal secara permanen. Menurut salah seorang korban, Teguh Jiwandono, dari pihak pemerintah yang bertanggung jawab juga belum ada pembahasan mengenai relokasi tempat hunian.
"Belum ada pembahasan untuk tempat relokasi, sehingga bagaimanapun kita tetap bertahan disini (rumah,red) meskipun hanya dengan tenda darurat," ungkapnya, Senin (08/07/2013).
Beberapa barang-barang rumah tangga semuanya diletakkan ditenda yang dibangun didepan rumah, termasuk tempat tidur, hingga peralatan dapur. "Ya, sementara kalau belum ada relokasi masak dan tidur ya disini (tenda,red)," terangnya.
Lima korban yang rumahnya terkena longsor Sungai Bengawan Solo itu yakni, Teguh Jiwandono. Ibu Siti, Karjiman, Tuminah dan Slamet. Satu rumah yang dibongkar itu milik Tuminah karena kondisinya sudah mengkhawatirkan dan tidak bisa ditempati.
Sebelumnya jarak rumah mereka dengan Sungai terpanjang di Pulau Jawa itu sekitar 25 meter dari bibir sungai bengawan solo. Dikelurahan Jetak tersebut sebelumnya juga pernah longsor. "Longsor pertama sudah dibangun bronjong darurat, tapi sekarang bronjong itu sudah hilang," ungkapnya.
Rumah milik Teguh misalnya, sebelumnya bagunan rumah tembok yang memiliki panjang enam meter itu kini tinggal 3 meter. Bangunan yang masih berdiri tinggal ruang depan. Kamarmandi, dapur dan ruang tengah sudah tergerus longsor.
Ia berharap agar longsor tidak terus melebar pemerintah diminta segera membangun bronjong yang lebih kuat. Agar relokasi tempat juga tidak perlu dilakukan. Ia mengaku tanah yang dihuninya itu merupakan tanah hak milik pribadi bukan termasuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. "Jika tidak segera dibangun maka perkiraan antara 4 sampai 5 bulan akan habis tergerus longsor," tandasnya.
Teguh menambahkan, jika longsornya tanah tersebut akibat efek dari pembangunan Bendung Gerak yang ada di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Volume air yang tidak menentu mengakibatkan tanah sering longsor. "Pasang-surutnya air itu terlalu cepat. Karena sudah diatur dipintu Bendung gerak, sehingga tanah ikut terbawa air," pungkasnya.
Sementara, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, MZ. Budi Mulyono mengungkapkan, penanganan longsor di Sungai Bengawan Solo itu merupakan tanggung jawab Balai Besar Sungai Bengawan Solo. "Itu bukan tanggungjawab kita,"jawabnya. [uuk/ted]
[You must be registered and logged in to see this image.] |
Reporter : Tulus Adarrma
Bojonegoro - Sedikitnya lima rumah yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo, Kelurahan Jetak, Kecamatan Kota, Kabupaten Bojonegoro tergerus longsor. Longsor terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, Senin (08/07/2013).
Korban terpaksa membuat tenda darurat. Rumah mereka sudah tergerus longoran Sungai terpanjang di Pulau Jawa itu hingga separo. Bahkan satu korban terpaksa rumahnya sudah dibongkar dan tiga rumah lainnya sudah rusak parah.
Mereka memilih tetap bertahan ditempat tinggal masing-masing karena tidak ada lagi tempat untuk tinggal secara permanen. Menurut salah seorang korban, Teguh Jiwandono, dari pihak pemerintah yang bertanggung jawab juga belum ada pembahasan mengenai relokasi tempat hunian.
"Belum ada pembahasan untuk tempat relokasi, sehingga bagaimanapun kita tetap bertahan disini (rumah,red) meskipun hanya dengan tenda darurat," ungkapnya, Senin (08/07/2013).
Beberapa barang-barang rumah tangga semuanya diletakkan ditenda yang dibangun didepan rumah, termasuk tempat tidur, hingga peralatan dapur. "Ya, sementara kalau belum ada relokasi masak dan tidur ya disini (tenda,red)," terangnya.
Lima korban yang rumahnya terkena longsor Sungai Bengawan Solo itu yakni, Teguh Jiwandono. Ibu Siti, Karjiman, Tuminah dan Slamet. Satu rumah yang dibongkar itu milik Tuminah karena kondisinya sudah mengkhawatirkan dan tidak bisa ditempati.
Sebelumnya jarak rumah mereka dengan Sungai terpanjang di Pulau Jawa itu sekitar 25 meter dari bibir sungai bengawan solo. Dikelurahan Jetak tersebut sebelumnya juga pernah longsor. "Longsor pertama sudah dibangun bronjong darurat, tapi sekarang bronjong itu sudah hilang," ungkapnya.
Rumah milik Teguh misalnya, sebelumnya bagunan rumah tembok yang memiliki panjang enam meter itu kini tinggal 3 meter. Bangunan yang masih berdiri tinggal ruang depan. Kamarmandi, dapur dan ruang tengah sudah tergerus longsor.
Ia berharap agar longsor tidak terus melebar pemerintah diminta segera membangun bronjong yang lebih kuat. Agar relokasi tempat juga tidak perlu dilakukan. Ia mengaku tanah yang dihuninya itu merupakan tanah hak milik pribadi bukan termasuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. "Jika tidak segera dibangun maka perkiraan antara 4 sampai 5 bulan akan habis tergerus longsor," tandasnya.
Teguh menambahkan, jika longsornya tanah tersebut akibat efek dari pembangunan Bendung Gerak yang ada di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Volume air yang tidak menentu mengakibatkan tanah sering longsor. "Pasang-surutnya air itu terlalu cepat. Karena sudah diatur dipintu Bendung gerak, sehingga tanah ikut terbawa air," pungkasnya.
Sementara, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, MZ. Budi Mulyono mengungkapkan, penanganan longsor di Sungai Bengawan Solo itu merupakan tanggung jawab Balai Besar Sungai Bengawan Solo. "Itu bukan tanggungjawab kita,"jawabnya. [uuk/ted]